Sabtu, 02 Oktober 2010

Review Jurnal

Analisis Pengaruh Psikologi Seksual Inisiasi dan Perilaku Seksual BerisikoTinggi Dalam Remaja Awal

Tema   : Keluarga

Latar Belakang
Data jurnal ilmiah yang berjudul “Analisis Pengaruh Psikologi Seksual Inisiasi dan Perilaku Seksual Berisiko Tinggi Dalam Remaja Awal” diambil melalui self-report survey yang dilakukan pada tahun 2001 dan 2003 dengan objeknya yaitu kelompok kelas enam sekolah dasar (149 kelas dari 17 smp dan sma, populasi keseluruhan berjumlah 1175) di sebuah kota kecil yang terletak di bagian northeast, US.

Penelitian baru-baru ini terkait dengan remaja Amerika menemukan bahwa remaja yang melakukan seks di usia dini terkorelasi dengan perilaku seksual yang lebih berisiko seperti misalnya, meningkatnya partner seks dan menurunnya penggunaan kontrasepsi yang mengakibatkan meningkatnya resiko kehamilan tak terencana dan menyebarnya penyakit seks menular. lebih lanjut, dengan menyediakan petunjuk dan perhatian untuk mereka yang aktif di usia muda bisa menurunkan efek negatif dari perilaku seksual usia dini.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk agar orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga seharusnya bisa menentukan pola pengasuhan yang tepat dalam menyikapi usia rentan anak-anaknya (yaitu saat usia anak-anak 11 tahun sampai remaja) sehingga sang anak dapat menentukan cara bersikap dalam menghadapi suatu kondisi sosial di masyarakat dan dapat menganalisis pergaulan mana yang baik dan buruk untuk kehidupan remaja mereka.
Metode
Hal yang pertama diuji adalah faktor apa saja yang menjadi masalah internal dan eksternal pada anak kelas enam sekolah dasar, rasio perubahan pada faktor-faktor ini selama menjalani sekolah dasar/sekolah menengah pertama, dan perkiraan perilaku seksual usia dini dalam dua tahun kemudian; saat sebagian besar anak-anak tersebut berada di kelas delapan atau setara dengan kelas tiga sekolah menengah pertama di indonesia.

Peneliti kemudian menilai tiga hal tersebut (faktor-faktor  masalah internal atau masalah eksternal di kelas enam sekolah dasar, dan rasio perubahan selama mereka masih di sekolah dasar, diperkirakan terikat dengan perilaku seksual yang berisiko tinggi selama dua tahun kemudian) agar dapat menganalisis hasil akhirnya.
Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini adalah murid-murid tersebut terbagi menjadi dua kategori: mereka yang sudah aktif secara seksual di tahun ketiga (n=235 (235%)) dan mereka yang tidak aktif secara seksual di tahun ketiga (n=692 (74,6%)).

Kemunduran hirarki yang logistik dengan penyebab utamanya yaitu perilaku seks pada usia dini (murid-murid yang tidak aktif secara seksual saat kelas enam sekolah dasar, tetapi dilaporkan menjadi aktif secara seksual di tahun ketiga saat sekolah, 1/0) sebagai variabel dependent. Jenis kelamin (laki-laki (1)/perempuan (0), ras (dengan variabel yang dibuat untuk afrika-amerika (1/0) dan hispanik (1/0)), SES yang rendah dan sensasi yang dicari (sensation seeking) termasuk sebagai kontrol.

Penelitian ini menilai efek yang tidak biasa dari beberapa bentuk tentang faktor internal dan eksternal psikopatologi dalam aktivitas seksual dan seks bebas di usia sekolah menengah pertama. Dengan menggunakan tiga tahun desain longitudinal yang memakai tiga macam pengukuran, peneliti memasukkan psikopatologi dari anak-anak kelas enam sekolah dasar sebagai prediktor di perilaku seks usia dini dan perilaku seks yang beresiko tinggi.

Dalam penelitian ini, laki-laki dua kali lebih banyak daripada perempuan dalam mencoba intercourse dan tiga kali lebih banyak beresiko melakukan perilaku seksual daripada perempuan dengan perbandingan umur yang sama. Hasil ini diperkirakan karena laki-laki lebih sering membicarakan perilaku tersebut dibandingkan perempuan.

Peneliti juga menemukan koresponden dengan status ekonomi-sosial yang rendah (termasuk di dalamnya struktur keluarga, pendidikan dari orang tua, dan perwakilan ukuran untuk status ekonomi) mempunyai risiko meningkatnya melakukan intercourse lebih awal dibandingkan teman bermainnnya. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang memperlihatkan bahwa pemuda yang orang tuanya adalah single parents, pendapatan rendah atau pengasuhan yang kurang bagus melakukan seks lebih dulu dibandingkan teman bermainnya. Beberapa telah dihipotesiskan bahwa kemiskinan (dengan single parents dan kurangnya pengetahuan tentang pengasuhan) meningkatkan risiko berperilaku seks (karena terbatasnya dan kurangnya kualitas dalam bersosialisasi dan tenaga pengajar di lingkungan rumah dan masalah ekonomi yang menyebabkan kurangnya pengawasan dari orang tua). Walaupun status sosial-ekonomi dihubungkan dengan meningkatnya resiko perilaku seks usia dini, keterkaitan ini menurun secara signifikan saat psikopatologi megubah variabel sepanjang masa yang dimasukkan ke dalam analisis, ini semua cenderung karena status sosial-ekonomi juga diasosiasikan dengan peningkatan yang luar biasa di faktor eksternal dan sedikit penurunan di masalah internal.

Kesimpulan Lanjutan
Kesimpulan dari artikel ilmiah ini adalah orang tua sebagi pendidik utama dalam keluarga seharusnya bisa menentukan pola pengasuhan yang tepat dalam menyikapi usia rentan anak-anaknya (yaitu saat usia anak-anak 11 tahun sampai remaja) sehingga sang anak dapat menentukan cara bersikap dalam menghadapi suatu kondisi sosial di masyarakat dan dapat menganalisis pergaulan mana yang baik dan buruk untuk kehidupan remaja mereka. Tidak hanya berperan sebagai pendidik tetapi juga bisa menempatkan posisi sebagai teman saat anak-anaknya membutuhkan teman bercerita sehingga sang anak tidak canggung dalam bersikap di depan orang tua mereka dan merasa nyaman juga terbuka. Dengan ini orang tua dapat mengawasi perilaku anak tanpa harus selalu mengikuti mereka kemanapun. Rasa kepercayaan orang tua terhadap anak-anak mereka diperlukan pada tahapan ini.

Untuk kasus anak-anak yang berasal dari keluarga miskin (status sosial-ekonomi yang rendah) seharusnya ada bantuan yang konkret dari masyarakat seperti tetangga atau sekolah atau bahkan pemerintah dalam bentuk memberikan pengetahuan kepada kepala keluarga tersebut tentang pentingnya pendidikan seks di usia dini dan cara-cara penyampaian ke anak-anak mereka kemudian juga pengetahuan tentang betapa pentingnya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak-anak mereka, lalu pentingnya suatu pendidikan formal untuk perkembangan anak (tentu saja dengan bantuan pendidikan gratis bila keluarga tersebut disinyalir tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkan  anak mereka), adanya bimbingan untuk anak-anak yang kurang mampu ini sehingga mereka tidak masuk dalam pergaulan bebas dan tidak melakukan perilaku seksual di usia dini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar