Minggu, 31 Oktober 2010

Review Jurnal

Tema
Kinerja Pelayanan

Judul
Sistem Pelayanan Antrian Kasir di Giant Hypermarket Margo City Depok

Pengarang
R. Karina Noviana Putri

Tahun
2009

Latar Belakang dan Masalah
Pada masa sekarang ini banyak sekali usaha-usaha yang bergerak dalam bidang perdagangan. Namun dalam menjalankannya bnayak usahawan yang tidak dapat mengelola sistem pelayanan antrian kasir. Sistem pelayanan antrian kasir yang tidak dikelola secara benar akan mengalami konsekuensi yang sangat berpengaruh tidak baik bagi usaha perdagangan. Hal ini akan berakibat menurunnya tingkat kedatangan konsumen, oleh karena itu sistem pelayanan antrian kasir sangat berperan dalam roda usaha perdagangan.
 
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem pelayanan antrian di Giant Hypermarket cabang Depok, dalam berusaha agar dapat diperbaiki atau meningkatkan sistem pelayanan antrian yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kedatangan konsumen.

Metodologi
variabel yang digunakan adalah :
  • variabel dependent : sistem pelayanan
  • variabel independent : jumlah kedatangan pembeli dan waktu rata-rata pelayanan
Penelitian ini menggunakan analisis Multi Chanel Single Phase. Multi Chanel Single Phase adalah metode yang digunakan untuk dua atau lebih fasilitas pelayanan yang dialiri antrian tunggal. Penelitian dilakukan dengan mengadakan peninjauan atau pengamatan langsung terhadap obyek penelitian untuk melihat bagaimana pengelolaan sistem pelayanan antrian Giant Hypermarket cabang Depok.
Penghitungan matematis :
jumlah pelanggan dalam sistem antrian
waktu rata-rata pelayanan


Review Jurnal

Tema
Kinerja Pelayanan

Judul
Analisis Lamanya Pelayanan Pembayaran Listrik di PT.PLN ( Persero ) cabang Cimanggis

Pengarang
Asep Hendra

Tahun
2009

Latar Belakang dan Masalah

Pada umumnya kita sering sekali merasakan begitu lamanya pelayanan yang akan kita terima dari perusahaan atau jawatan yang bergerak terutama  dalam bidang jasa, seperti : pembayaran rekening listrik, rekening telepon, pelayanan potong rambut, supermarket, restoran siap saji dan lain-lain. Memang menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan bagi siapa pun juga. Berdasarkan uraian tersebut maka penulisan ini akan  membahas fenomena-fenomena yang terjadi dalam sistem pelayanan pembayaran rekeninglistrik disalah satu fasilitas pelayanan jasa umum di masyarakat.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
  • ingin mengetahui apakah waktu pelayanan yang diberikan oleh petugas loket sudah maksimal
  • ingin mengetahui seberapa lama seorang pelanggan dapat dilayani

Metodologi
Variabel yang diamati adalah :
  • variabel dependent : sistem pelayanan
  • variabel independent : petugas loket dan jumlah pelanggan
Pengumpulan data variabel adalah data primer dari perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan Multi Chanel Single Phase. Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa lama seseorang pelanggan menunggu untuk dapat dilayani oleh petugas loket, sehingga dapat memberi gambaran  sampai sejauh mana waktu yang akan dibutuhkan oleh seorang pelanggan untuk dapat dipanggil dan keluar dari sistem tersebut.
waktu pelayana
 
Hasil dan Kesimpulan
Analisis waktu pelayanan yang didapat dari setiap pelanggan yang mengantri dari awal mereka datang, menunggu dalam antrian, dilayani dan keluar dari sistem menggunakan analisis Multi Chanel Single Phase adalah pelanggan harus menunggu rata-rata 3.5 menit mengantri dalam antrian dan 5.7 menit waktu yang hatrus dikeluarkan oleh setiap pelanggan untuk mendapat pelayanan. Apabila loket ini ditambah menjadi 5, waktunya cukup maksimal dam tidak terlalu lama yaitu 2.4 menit waktu yang dibutuhkan dari awal sampai selesai dilayani.

Meskipun dalam segi pelayanan belum maksimal, namun petugas loket  PT.PLN dalam pemberian layanan sudah cukup baik, pelanggan dilayani dengan senyu, sapa dan santun.

Saran dan Usulan Akhir

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan agar PT.PLN dapat menambah lagi jumlah loket menjadi 5 loket untuk melayani pelanggan, sehingga dapat mengoptimalkan waktu dan menambah rasa nyaman pelanggan.

Review Jurnal

Tema
Kinerja Karyawan
Judul
Kinerja PelayananPengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Dalam Melayani Nasabah Pada Bank Mandiri,Tbk

Pengarang
Maya Yuratna Dewi

Tahun :  2009

Latar Belakang dan Masalah

Kompensasi merupakan pemberian pembayaran financial kepada tenaga kerja sebagai balas jasa yang diberikan perusahaan atas hasil kerja mereka. Kompensasi dibedakan menjadi dua, yaitu kompensasi langsung dan kompensasi variabel. Kompensasi langsung berupa gaji pokok dan gaji lain atau upah. Gaji adalah balas jasa yang diberikan secara periodik kepada karyawan dan tidak memperhatikan jumlah waktu kerja dan memiliki jaminan pasti. Upah merupakan balas jasa yang dibayarkan harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati pembayarannya. Gaji variabel antara lain adalah bonus. Bonus adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya diatas prestasi standar.

Bank Mandiri yang memberikan pelayanan kepada nasabah dan juga dilihat dari perkembangannya, instansi ini mempunyai masa depan yang cukup cerah karena pada jaman globalisasi seperti saat ini jasa perbankan sangat berperan penting dalam perekonomian suatu negara dari tahun ke tahun. Instansi ini juga telah menggunakan faktor-faktor pendukung pelaksanaan dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia dan mungkin dalam pelayanannya kepada nasabah masih ditemui adanya kelemahan-kelemahan yang dapat mengurangi kepercayaan nasabah. Oleh karena itu  perlu diketahui penyebab masalah itu sehingga dapat dicari jalan keluarnya yang mungkin lebih baik terutama masalah kompensasi.

Tujuan

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan dalam melayani nasabah Bank Mandiri.
Metodologi

Penulisan ini menggunakan data primer yaitu data yang diambil langsung dari obyek peneltian melalui observasi metode angket ( kuisioner ) yang dilakukan selama lima hari dan beberapa data lain yang diperlukan untuk metode penelitian ini.
Variabel yang digunakan berkaitan dengan perhitungan kompensasi dan kinerja dari karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini. penelitian ini menggunakan metode Chi Square dan Skala Likert.
Dengan hipotesis :
Ho = kompensasi tidak mempengaruhi kinerja karyawan dalam melayani nasabah
Ha = kompensasi mempengaruhi kinerja karyawan dalam melayani nasabah
Model penelitian matematis:
Chi Square

Hasil dan Kesimpulan

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pengaruh kompensasi terhadao kinerja kerja responden pada Bank Mandiri dengan menggunakan metode Chi Square diperoleh X2 hitung 53.003 dan X2 tabel 21.026. Ini diartikan bahwa Chi Square hitung > Chi Square tabe. Maka hipotesis yang diterima adalah Ha dengan penolakan atas hipotesis Ho yang berarti kompensasi yang diberikan perusahaan tersebut mempengaruhi kinerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

Dengan menggunakan skala likert diperoleh jumlah skor untuk seluruh responden adalah maksimal sebesar 2500 dan minimal sebesar 500, median sebesar 1500, kuartil 1 sebesar 1000 dan kuartil 3 sebesar 2000. Hasil survei dari data linier yang telah diolah dengan sampel sebanyak 50 orang adalah sebesar 1563, nilai ini berada diantara median dan kuartil 3 yang berarti kompensasi yang diberikan perusahaan  mempengaruhi kinerja karyawan dalam melayani nasabahnya.

Saran dan Usulan Lanjutan

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan agar Bank Mandiri selain menjaga kestabilan laju perusahaan juga harus memperhatikan Sumber Daya Manusia dalam perusahaan tersebut terutama dalam hal kompensasi. Kompensasi yang diberikan harus sesuai dengan kinerja yang telah merekan hasilkan untuk perusahaan dan usulan tambahan agar perusahaan dapat menjalin hubungan yang baik antara Sumber Daya Manusia yang ada di dalamnya sehingga terwujud suasana kerja yang harmonis.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Review Jurnal

Analisis Pengaruh Psikologi Seksual Inisiasi dan Perilaku Seksual BerisikoTinggi Dalam Remaja Awal

Tema   : Keluarga

Latar Belakang
Data jurnal ilmiah yang berjudul “Analisis Pengaruh Psikologi Seksual Inisiasi dan Perilaku Seksual Berisiko Tinggi Dalam Remaja Awal” diambil melalui self-report survey yang dilakukan pada tahun 2001 dan 2003 dengan objeknya yaitu kelompok kelas enam sekolah dasar (149 kelas dari 17 smp dan sma, populasi keseluruhan berjumlah 1175) di sebuah kota kecil yang terletak di bagian northeast, US.

Penelitian baru-baru ini terkait dengan remaja Amerika menemukan bahwa remaja yang melakukan seks di usia dini terkorelasi dengan perilaku seksual yang lebih berisiko seperti misalnya, meningkatnya partner seks dan menurunnya penggunaan kontrasepsi yang mengakibatkan meningkatnya resiko kehamilan tak terencana dan menyebarnya penyakit seks menular. lebih lanjut, dengan menyediakan petunjuk dan perhatian untuk mereka yang aktif di usia muda bisa menurunkan efek negatif dari perilaku seksual usia dini.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk agar orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga seharusnya bisa menentukan pola pengasuhan yang tepat dalam menyikapi usia rentan anak-anaknya (yaitu saat usia anak-anak 11 tahun sampai remaja) sehingga sang anak dapat menentukan cara bersikap dalam menghadapi suatu kondisi sosial di masyarakat dan dapat menganalisis pergaulan mana yang baik dan buruk untuk kehidupan remaja mereka.
Metode
Hal yang pertama diuji adalah faktor apa saja yang menjadi masalah internal dan eksternal pada anak kelas enam sekolah dasar, rasio perubahan pada faktor-faktor ini selama menjalani sekolah dasar/sekolah menengah pertama, dan perkiraan perilaku seksual usia dini dalam dua tahun kemudian; saat sebagian besar anak-anak tersebut berada di kelas delapan atau setara dengan kelas tiga sekolah menengah pertama di indonesia.

Peneliti kemudian menilai tiga hal tersebut (faktor-faktor  masalah internal atau masalah eksternal di kelas enam sekolah dasar, dan rasio perubahan selama mereka masih di sekolah dasar, diperkirakan terikat dengan perilaku seksual yang berisiko tinggi selama dua tahun kemudian) agar dapat menganalisis hasil akhirnya.
Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini adalah murid-murid tersebut terbagi menjadi dua kategori: mereka yang sudah aktif secara seksual di tahun ketiga (n=235 (235%)) dan mereka yang tidak aktif secara seksual di tahun ketiga (n=692 (74,6%)).

Kemunduran hirarki yang logistik dengan penyebab utamanya yaitu perilaku seks pada usia dini (murid-murid yang tidak aktif secara seksual saat kelas enam sekolah dasar, tetapi dilaporkan menjadi aktif secara seksual di tahun ketiga saat sekolah, 1/0) sebagai variabel dependent. Jenis kelamin (laki-laki (1)/perempuan (0), ras (dengan variabel yang dibuat untuk afrika-amerika (1/0) dan hispanik (1/0)), SES yang rendah dan sensasi yang dicari (sensation seeking) termasuk sebagai kontrol.

Penelitian ini menilai efek yang tidak biasa dari beberapa bentuk tentang faktor internal dan eksternal psikopatologi dalam aktivitas seksual dan seks bebas di usia sekolah menengah pertama. Dengan menggunakan tiga tahun desain longitudinal yang memakai tiga macam pengukuran, peneliti memasukkan psikopatologi dari anak-anak kelas enam sekolah dasar sebagai prediktor di perilaku seks usia dini dan perilaku seks yang beresiko tinggi.

Dalam penelitian ini, laki-laki dua kali lebih banyak daripada perempuan dalam mencoba intercourse dan tiga kali lebih banyak beresiko melakukan perilaku seksual daripada perempuan dengan perbandingan umur yang sama. Hasil ini diperkirakan karena laki-laki lebih sering membicarakan perilaku tersebut dibandingkan perempuan.

Peneliti juga menemukan koresponden dengan status ekonomi-sosial yang rendah (termasuk di dalamnya struktur keluarga, pendidikan dari orang tua, dan perwakilan ukuran untuk status ekonomi) mempunyai risiko meningkatnya melakukan intercourse lebih awal dibandingkan teman bermainnnya. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang memperlihatkan bahwa pemuda yang orang tuanya adalah single parents, pendapatan rendah atau pengasuhan yang kurang bagus melakukan seks lebih dulu dibandingkan teman bermainnya. Beberapa telah dihipotesiskan bahwa kemiskinan (dengan single parents dan kurangnya pengetahuan tentang pengasuhan) meningkatkan risiko berperilaku seks (karena terbatasnya dan kurangnya kualitas dalam bersosialisasi dan tenaga pengajar di lingkungan rumah dan masalah ekonomi yang menyebabkan kurangnya pengawasan dari orang tua). Walaupun status sosial-ekonomi dihubungkan dengan meningkatnya resiko perilaku seks usia dini, keterkaitan ini menurun secara signifikan saat psikopatologi megubah variabel sepanjang masa yang dimasukkan ke dalam analisis, ini semua cenderung karena status sosial-ekonomi juga diasosiasikan dengan peningkatan yang luar biasa di faktor eksternal dan sedikit penurunan di masalah internal.

Kesimpulan Lanjutan
Kesimpulan dari artikel ilmiah ini adalah orang tua sebagi pendidik utama dalam keluarga seharusnya bisa menentukan pola pengasuhan yang tepat dalam menyikapi usia rentan anak-anaknya (yaitu saat usia anak-anak 11 tahun sampai remaja) sehingga sang anak dapat menentukan cara bersikap dalam menghadapi suatu kondisi sosial di masyarakat dan dapat menganalisis pergaulan mana yang baik dan buruk untuk kehidupan remaja mereka. Tidak hanya berperan sebagai pendidik tetapi juga bisa menempatkan posisi sebagai teman saat anak-anaknya membutuhkan teman bercerita sehingga sang anak tidak canggung dalam bersikap di depan orang tua mereka dan merasa nyaman juga terbuka. Dengan ini orang tua dapat mengawasi perilaku anak tanpa harus selalu mengikuti mereka kemanapun. Rasa kepercayaan orang tua terhadap anak-anak mereka diperlukan pada tahapan ini.

Untuk kasus anak-anak yang berasal dari keluarga miskin (status sosial-ekonomi yang rendah) seharusnya ada bantuan yang konkret dari masyarakat seperti tetangga atau sekolah atau bahkan pemerintah dalam bentuk memberikan pengetahuan kepada kepala keluarga tersebut tentang pentingnya pendidikan seks di usia dini dan cara-cara penyampaian ke anak-anak mereka kemudian juga pengetahuan tentang betapa pentingnya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak-anak mereka, lalu pentingnya suatu pendidikan formal untuk perkembangan anak (tentu saja dengan bantuan pendidikan gratis bila keluarga tersebut disinyalir tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkan  anak mereka), adanya bimbingan untuk anak-anak yang kurang mampu ini sehingga mereka tidak masuk dalam pergaulan bebas dan tidak melakukan perilaku seksual di usia dini.


Review Jurnal



Masalah



Review Jurnal

Analisis Meningkatkan Taraf Hidup Petani Melalui Pemberdayaan KUD
Oleh : Wardoyo

Tema
Peningkatan Taraf Hidup


Latar Belakang
Data jurnal ilmiah yang berjudul “Meningkatkan Taraf Hidup Petani Melalui Pemberdayaan KUD” dibuat oleh 2 staff pengajar Universitas Gunadarma pada tahu 2007 yang dilatarbelakangi fenomena anjloknya harga gabah ditingkat petani berulang setiap tahun, namun petani tidak memiliki posisi tawar yang lebih baik.sementara itu KUD diharapkan dapat membeli gabah petani baik di masa panen raya aupun panen gadu ( paceklik ) tidak berdaya. Bukan hanya dari sisi pembelian gabah saja ketidakberdayaan KUD namun juga pada saat harus bersaing dalam menyediakan pupuk dan sarana produksi yang lain bagi petani.

Tujuan
Adapun tujuan penulisan jurnal tersebut adalah memberikan jalan keluar untuk meningkatkan kemampuan KUD. Pada akhirnya petani yang menjadi anggota yang akan mendapatkan keuntungan baik dari segi ketersediaan sarana produksi dengan harga murah maupun harga gabah yang memadai ketika panen raya tiba. Study ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kerja KUD.
Metode
Metode yang digunakan adalah model penelitian jalur distribusi yang dideskripsikan dengan gambar. Dilakukuan dengan pemotongan jalur distribusi.

Hasil Penelitian
Rantai penjualan gabah daari petani ke gudang dolog terlihat bahwa HPP tidak dinikmati petani. Yang mendapatkan keuntungan lebih besar justru adalah para kontraktor karena mereke bisa menekan harga dari petani dengan alasan kualitas. Rantai yang panjang itu harus dipotong agar petani bisa menikmati HPP yang lebih pantas. Peran KUD harus dikembalikan. KUD diharapkan lebih aktif menjadi perantara bagi penjualan hasil pertanian untuk meningkatkan taraf hidup petani yang menjadi anggotanya dan juga masyarakat sekitarnya. Peran KUD pun dapat diaplikasikan dalam pemotongan distribusi pupuk untuk petani.

Namun hasil penelitian membuktikan bahwa bukan hal yang mudah untuk menjadikan KUD sebagai ujung tombak peningkatan kesejahteraan petani. Ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi antara lain :
• Dukungan modal.
Untuk meningkatkan kemampuan pemotongan jalur beras dan pupuk dibutuhkan modal yang besar. Langkah yang paling mungkin untuk mendapatkan dana murah adalah adanya dukungan modal dari pemerintah melalui APBD atau APBN.
• Profesionalisme Pengurus dan Manajer.
Pengurus tidak harus pintar namun jujur, bijak dan memiliki jiwa kewirausahaan. Disamping itu juga dimungkinkan pengurus menyewa manajer profesional.
• Kemitraan yang berkelanjutan.
KUD harus menjamin hubungan yang harmonis dengan pihak perbankan sebagai penyedia dana, dengan pabrik atau gudang pupuk untuk mendapatkan harga yang murah, menjalin hubungan dengan dolog/Bulog untuk pembelian beras.
• Dukungan Pemerintah.
•Dukunggan anggota.
• Mengutamakan pelayanan kebutuhan anggota.